Kamis, 21 November 2013
Laporan Observasi
02.47
No comments
LAPORAN HASIL OBSERVASI
MANAJEMEN KURIKULUM
MADRASAH ALIYAH AL-ASROR
PATEMON-SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Sekolah
Dosen Pengampu : 1. Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd
2. Basuki Sulistio, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh:
Faisal Rifai (710141203)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.
Wb.
Puji syukur kami
ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan inayah –
Nya, kami dapat menyusun sebuah laporan dengan judul “MANAJEMEN KURIKULUM DI
MADRASAH ALIYAH AL-ASROR” dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa
dalam penulisan laporan ini terdapat kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca mengenai laporan
ini. Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
sendiri pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.
Wb.
Semarang, November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Manajemen sekolah
merupakan bagian dari manajemen pendidikan , atau penerapan manajemen
pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem
pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas hanya dalam satu sekolah
saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen sistem
pendidikan yang ada. Oleh karena itu, ruang lingkup dan jangkauan bidang kajian
manajemen pendidikan lebih luas daripada manajemen sekolah. Kegiatan manajemen
sendiri merupakan kegiatan memberdayakan sumber daya yang dimiliki sekolah
dengan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan sekolah.
Pelaksanaan manajemen
sekolah dimulai dari manajemen substansi pendidikan di suatu sekolah atau
manajemen berbasis sekolah. Hal yang paling penting dalam implementasi
manajemen adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Sedikitnya ada tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam
rangka manajemen berbasis sekolah, yaitu Manajemen Kurikulum.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, masalah dalam laporan observasi ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran
umum Madrasah Aliyah Al-Asror?
2. Apa program-program
Kurikulum Madrasah Aliyah Al-Asror?
3.
Bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam proses
pembelajaran di Madrasah Aliyah Al-Asror?
C.Tujuan Makalah
1. Mengetahui profil Madrasah Aliyah Al-Asror
2. Mengetahui
program-program Kurikulum Madrasah Aliyah
Al-Asror
3. Mengetahui
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Madrasah Aliyah Al-Asror
D.Metode Observasi
Metode yang digunakan
dalam pelaksanaan observasi ini adalah sebagai berikut :
1.Wawancara
Metode wawancara ini
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan narasumber yang
terkait yaitu guru dan siswa serta anggota sekolah lainnya.
Metode observasi ini
dilakukan dengan cara mengamati kondisi fisik dan juga proses kegiatan belajar
mengajar (KBM) di Madrasah Aliyah Al-Asror.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum Madrasah Aliyah Al-Asror
Sejarah Singkat
Dalam
masyarakat yang sedang berubah dalam menguatnya pengaruh global, harapan yang
lebih besar agar pendidikan lebih maju mentransfer pengetahuan yang dapat
menjadi self guidance dan mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai kemampuan
merubah tantangan jadi peluang membangun peradaban bangsa dan dunia, unggul,
mempunyai daya saing serta tidak terperangkap dalam pengaruh negatif perubahan
global itu.
Guna
menjawab hal tersebut Lembaga Pendidikan Al Asror berpijak pada tiga variable
penting, pertama "pendidikan Islam", kedua lingstra (lingkungan
strategis) pendidikan itu "era global", ketiga "peluang dan
tantang" pendidikan Islam di era ini. Ketiga variable ini menaruh isu
menarik dikaji dalam merumuskan pemikiran bagaimana memajukan pendidikan Islam
pada tanggal 18 September 1990 KH. Zubaedi mendirikan MA (Madrasah Aliyah) Al
Asror yang kemudian baru dilegalkan melalui Akte Notaris No. 03 Tahun 2002.
Lahirnya
Madrasah Aliyah Al Asror guna menjawab isu penting dalam "pendidikan
Islam" di era global sekarang muncul sejalan dengan isu masyarakat yang
sedang dan terus berubah. Di antaranya timbul tuntunan masyarakat di era modern
dan zaman teknologi canggih ini terhadap penguatan sistim pendidikan. Semua
sistim pendidikan dituntut harus lebih maju dan dapat mengakomadasikan
kebutuhan masyarakat modern, tidak saja tuntutan terhadap peningkatan kualitas
kurikulum tetapi juga tuntutan dalam kemajuan memfasilitasi pendidik, peserta
didik, manajemen, sarana dan prasarana pendidikan dsb. Penyertaan teknologi
cangkit sudah menjadi kemestian, agar dapat mengikuti perkembangan. Sementara
lingkungan pendidikan (keluarga, masyarakat dan sekolah) sering kalah cepat
berubah dibanding perubahan global yang demikian cepat dan menantang. Kalau
tantangan itu tidak bisa dirubah menjadi peluang justru berbalik menjadi
hambatan karena terjebak dengan konflik-konflik dan pengaruh-pengaruh negative
global dan teknologi canggih mengambil bentuk dalam kehidupan termasuk di
lingkungan sekolah.
Pola
pendidikan di Madrasah Aliyah Al Asror dari perspektif esensi pengajaran
mempunyai keunggulan, karena di dalamnya terdapat pengajaran umum plus agama.
Pendekatan keagamaan memberikan posisi strategis bagi pendidikan di Lembaga
Pendidikan Al Asror mendidik generasi muda masyarakat Islam dalam
menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan, baik bawaan jasmani maupun rohani
sejalan dengan norma yang tumbuh, kembang dan dipakai dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Baik pendidikan Islam itu berakar dari pemaknaan tarbiyah,
ta'lim, tahdzib, maupun ta'dib dll., tetap saja mempunyai substansi pemberiaan
ilmu pengetahuan dan pengembangan keseluruhan potensi diri manusia, baik
potensi bawaan sesuai dengan fitrahnya maupun potensi yang wujud dan berubah
karena berbagai faktor pengaruh lingkungan, sekaligus pembentukan kepribadian,
prilaku (budaya) dan sikap mental.
Profil Gambaran Madrasah
Aliyah Al-Asror:
Nama : Majelis Aliyah Islam
Alamat Sekolah :
Jl.
Legosari Raya No. 02 patemon, Gunungpati, Semarang
Nomor Telepon : (024) 8507905
Nama
Kepala Sekolah : Drs. Sya’roni, S.Pd
Provinsi : Jawa Tengah
Kabupaten/ Kota :
Semarang
Visi dan Misi
Sekolah :
Visi Sekolah :
Tinggi Prestasi, Khusyu'
Beribadah, Disiplin Dan Terampil, Serta Berperilaku Akhlaqul Karimah
Misi Sekolah:
1. Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga peserta didik dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
2. Melaksanakan
pembelajaran ekstrakurikuler secara efektif sesuai dengan bakat dan minat
sehingga setiap peserta didik unggul dalam berbagai lomba olahraga,
keagamaan dan seni.
3. Menumbuhkan penghayatan
dan pengamalan ajaran Islam ala ahlussunnah wal jama'ah sehingga peserta didik
menjadi khusyu' beribadah, jujur, disiplin, sportif, tanggung jawab, percaya
diri, hormat pada orang tua, dan guru serta menyayangi sesama.
4. Mendorong dan membantu
setiap peserta didik dengan memberikan bekal kecakapan hidup agar peserta didik
dapat mengenali, menggali dan mengembangkan potensi dirinya secara
maksimal
Tujuan Sekolah
Ikut
mencerdaskan bangsa dengan menghasilkan lulusan (out put) yang mempunyai
keimanan dan ketaqwaan yang kuat, akhlaq dan budi pekerti yang luhur, wawasan
ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, nasionalisme dan patriotisme yang
tinggi, motivasi dan komitmen untuk meraih prestasi, serta kepekaan sosial dan
kepemimpinan.
Manajemen
Komponen-komponen Sekolah
Kajian manajemen
sekolah meliputi kegiatan Manajemen Kurikulum, Manajemen Peserta Didik,
Manajemen sarana da prasarana, Manajemen Anggaran, Manajemen Hubungan Sekolah
dengan Masyarakat, dan Manajemen Layanan Khusus. Dalam bab ini akan dikaji
proses manajemen yang berkaitan dengan manajemen sekolah tersebut .
B. Program-Program Kurikulum Madrasah Aliyah Al-Asror
1.Bimbingan Persiapan
Ujian Nasional
Tujuan sekolah adalah meluluskan siswa-siswinya dengan nilai yang baik. Progam
bimbingan persiapan ujian nasional adalah progam yang dilaksanakan untuk
menyiapkan siswa dalam menempuh ujian nsional dengan pemantapan penguasaan
materi pelajaran dan latihan soal materi UN. Selain itu ada juga jam tambahan
belajar yang focus pada matapelajaran yang diujikan pada ujian nasional,
biasanya jam tambahan ini dilakukan setelah proses belajar mengajar.
2.Remedial
Progam remedial adalah progam khusus yang dilakukan untuk siswa yang mengalami
kendala dalam belajar atau untuk siswa yang belum mencapai standar nilai dalam
evaluasi pembelajaran. Progam ini dilaksanakan setelah kegiatan belajar
mengajar, atau kurang lebih satu jam setelah pulang sekolah.
3.Tim Olimpiade
Suatu progam untuk menyiapkan siswa dalam berbagai kompetisi, baik tingkat
lokal dan nasional yang meliputi bidang tertentu. Sebelum menentukan
siswa yang akan ditunjuk untuk mengikuti progam ini, guru terlebih dahulu
menyeleksi dan mengamati siswa-siswi yang mempunyai nilai akademik yang bagus
pada beberapa matapelajaran yang akan diujikan dalam sebuah kompetisi.
C.
Implementasi Kurikulum di Madrasah Aliyah Al-Asror
Manajemen pendidikan dalam pandangan Husaini Usman (2008:4)
adalah sebuah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
Pendidikan merupakan
sebuah upaya sadar dan terencana untuk melakukan perbaikan dan perubahan
perilaku, pengalaman, dan pengetahuan peserta didik. Melalui pendidikan
diharapkan peningkatan kualitas SDM yang signifikan. Tempat dan tumpuan
perubahan tersebut berlangsung di sekolah.
Dikatakan, peningkatan mutu pendidikan
merupakan salah satu penting dalam pembangunan pendidikan dengan mengacu pada 8
standar pendidikan yang perlu dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan yang
salah satunya adalah standar proses karenanya pembaharuan kurikulum KTSP
menjadi kurikulum 2013 mendapat kritikan dari berbagai publik disebabkan
Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) itu baru diterapkan pada tahun
2006 dan belum dimplementasikan dengan baik kini diganti dengan kurikulum 2013.
Secara umum diketahui
bahwa sekolah dalam penyelenggaraannya melibatkan berbagai komponen seperti
Kepala Sekolah, Dewan Guru, TU/Staf, Siswa, Orang Tua, Komite Sekolah dan
Alumni. Semua unsur tersebut bersinergi, berkoordinasi, dan berkolaborasi dalam
mewujudkan tujuan, Visi, dan Misi Sekolah.
Manajemen kurikulum
merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen
kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Kurikulum yang digunakan di Madrasah
Aliyah Al-Asror adalah kurikulum KTSP. Rencananya untuk tahun 2014 mulai
menggunakan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013, Madrasah
Aliyah Al-Asror Patemon tahun 2013 ini masih menerapkan Kurikulum KTSP (2006)
dan belum menerapkan Kurikulum 2013. Hal ini, dikarenakan disebabkan oleh
berbagai persoalan, diantaranya belum ada sosialisasi dari Pemerintah dan
Pelatihan dalam pelaksanaan Kurikulum baru tersebut. Sebaian para pendidik
sudah mengetahui jika Pemerintah akan menerapkan Kurikulum baru tersebut, namun
pada Madrasah Aliyah Al-Asror Patemon hanya beberapa guru yang dapat memahami
betul mengenai Kurikulum baru tersebut, dan guru lainnya hanya sebatas
mengetahui saja. Tetapi untuk tahun depan Madrasah Aliyah akan menerapkan
Kurikulum yang baru, karena sesuai dengan Keputusan Pemerintah, bahwa tahun
depan semua Satuan Pendidikan wajib menerapkan Kurikulum 2013.
Dalam
pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip – prnsip
sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum
dilaksanakan dengan menegakan kelima pilar belajar, yaitu:
·
Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
·
Belajar untuk memahami dan menghayati,
·
Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif,
·
Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi
orang lain, dan
·
Belajar untuk membangun dan menemukan jati
diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
c. Pelaksanaan
kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum
dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat , dengan prinsip tut
wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha (di
belakang memberikan cahaya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan
prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
e. Kurikulum
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar, dan teknologi yang memadai, dan memanfaatan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, dengan prinsip alam terkambang jadi guru (semua yang terjadi,
tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan
alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
f. Kurikulum
dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasian pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian
secara optimal.
g. Kurikulum
yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan local dan
pengembangan diri diselenggaraan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah kami melakukan observasi Madrasah
Aliyah Al-Asror, sebagian besar manajemen sudah berjalan dengan baik dan
lebih menekankan pada akhlak. Manajemen sangat penting diperhatikan bagi
sekolah. Pentingnya manajemen sekolah adalah membantu memperlancar pencapaian
tujuan sekolah agar tercapai secara efektif dan efisien. Dari hasil
tersebut terbukti bahwa manajemen sekolah sangat penting dalam suatu lembaga
pendidikan terutama pengaruhnya terhadap hasil (output). Dengan manajemen
sekolah yang baik tercerminlah mutu dan kualitas sekolah tersebut, dalam hal
ini Madrasah Aliyah Al-Asror yang menjadikannya
dapat diperhitungkan untuk bersaing dengan sekolah
Bila setiap jenjang
dan jenis sekolah sebagai organisasi pendidikan telah tercapai
dengan baik, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Manajemen
sekolah di Madrasah Aliyah Al-Asror sangat penting dalam
rangka kegiatan organisasi sekolah karena di situ lebih ditekankan bagaimana
cara dapat mempengaruhi , mengajak orang lain serta mengatur hubungan dengan
orang lain agar bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini kendali dipegang oleh seorang manajer. Kepala sekolah sebagai manajer
hendaknya dapat menerapkan pola kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang
efektif dalam manajemen sekolah sangat dibutuhkan untuk memberdayakan segala
sumber daya manusia, dana, serta fasilitas yang ada.
B.Saran
1.Kepala Madrasah Aliyah Al-Asror diharapkan dapat berkoordinasi dengan
wakil serta pelaksana lain agar manajemen sekolah dapat berjalan dengan baik.
2.Manajemen sekolah
harus dilaksanakan dengan efektif untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.
3.Manajemen berbasis
sekolah (MBS) perlu dikembangkan dengan baik oleh kepala sekolah selaku
manajer, beserta seluruh jajarannya .
4.Komunikasi yang baik
dalam organisasi sekolah akan mendukung keberhasilan manajemen Madrasah Aliyah Al-Asror.
DAFTAR PUSTAKA
Sutomo dkk, 2009
. Manajemen Sekolah . Semarang : UPT MKK Universitas Negeri
Semarang
Jumat, 12 Juli 2013
Mengatasi "rdl.dll" pes 2013 yang terdeteksi AVG
22.50
No comments
Jumat, 14 Juni 2013
Sejarah Kabupaten Cilacap
22.54
No comments
Cilacap, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah. Ibukotanya adalah Cilacap.
Bintang Segi Lima;
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah yang berkepribadian Pancasila.
Tugu Pahlawan dengan lidah api diatas gelombang Laut Selatan;
Tugu Pahlawan melambangkan perjuangan heroik masyarakat Daerah dimasa Revolusi 1945.
Lidah api menunjukkan hitungan 5, berarti perjuangan yang berdasarkan Pancasila.
Gelombang Laut Selatan dengan lekuk gelombang berjumlah 4 dihubungkan dengan lidah api (5) berarti bahwa perjuangan yang berkobar-kobar sejak Revolusi 45 berdasarkan UUD 45 dan jiwa juang 45.
Kembang Wijayakusuma;
Merupakan lambang Wahyu Negara pada saat masih berbentuk kerajaan.
Wijayakusuma menjadi nama pengenal khas dan merupakan lambang hidup daerah.
Kembang ini hanya ada dan tumbuh di Cilacap saja (bunga gaib).
Padi dan Kapas;
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.
Padi dan Kapas bermakna kegiatan masyarakat di bidang pangan dan sandang.
Jumlah butir padi 17 dan kapas 8, dihubungkan dengan Kembang Wijayakusuma yang berkelopak 4 dan berdaun bunga 5, menunjukkan betapa keramatnya Proklamasi Tujuhbelas Delapan Empatlima.
Ikan Hiu;
Ikan Hiu melambangkan Cilacap berada di daerah pantai laut selatan, penghasil ikan, dan
Warna Lambang Daerah dan maknanya
Warna Merah Hati :
keberanian, keuletan, kewaspadaan serta melambangkan perjuangan yang gagah berani
Warna Kuning Emas :
keluhuran didalam mengemban tugas
Warna Putih :
kesucian jiwa
Warna Hitam :
ketenangan dan ketabahan
Warna Hijau :
kesuburan dan kemakmuran
Warna Biru Laut / Biru Tua :
Cilacap terletak di pantai selatan, Samudera Indonesia
Seluruh warna menggambarkan kepribadian masyarakat Daerah.
MOTTO :
JALA BHUMI WIJAYAKUSUMA CAKTI
JALA : Air, Lautan
BHUMI : Tanah, Daratan
WIJAYAKUSUMA : Bunga Kejayaan
CAKTI : Ilmu Tertinggi
Artinya adalah :
"Kemampuan membudidayakan bumi, laut, air untuk kemakmuran"
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes
dan Kabupaten Banyumas di utara, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar (Jawa
Barat) di sebelah Barat.
Berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat, Cilacap merupakan daerah pertemuan Budaya Jawa (Banyumasan) dengan Budaya Sunda (Priangan Timur).
Nusa Kambangan, sebuah pulau yang tertutup terdapat lembaga pemasyarakatan Kelas I, terdapat di kabupaten ini.
Pulau ini sering juga disebut sebagai AL Catraz-nya Indonesia.
Ada beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I yang masih aktif antara lain: LP Permisan, LP Kembang Kuning, LPBatu, dan LP Besi.
1. Zaman Kerajaan Jawa
Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta.
Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :
- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.
Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap disebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.
Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .
Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.
Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen.
Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.
2. Zaman Penjajahan Belanda
Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :
"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pe,abuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".
Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu : afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent.
Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.
Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.
Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut :
Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng.
Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat).
dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut.
Dari sana kearah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu.
dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks. Kawedanan Kroya , karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas.
Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.
Pada masa residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).
Daftar KEcamatan di CILACAP :
1. Adipala
2. Bantarsari
3. Binangun
4. Cilacap Selatan
5. Cilacap Tengah
6. Cilacap Utara
7. Cimanggu
8. Cipari
9. Dayeuhluhur
10. Gandrung Mangu
11. Jeruklegi
12. Kampung Laut
13. Karang Pucung
14. Kawunganten
15. Kedungreja
16. Kesugihan
17. Kroya
18. Majenang
19. Maos
20. Nusawungu
21. Patimuan
22. SAmpang
23. Sidareja
24. Wanareja
VISI DAN MISI
VISI
Visi Pemerintah Kabupaten Cilacap sesuai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Cilacap Tahun 2008-2012 adalah
"Terciptanya Pemerintahan yang Tangguh, Terpercaya dan Mandiri Guna Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat"
MISI
Untuk mewujudkan visi Kabupaten Cilacap ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pemerintahan daerah secara efisien dan efektif dengan mensinergikan upaya-upaya bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat (Good Governance).
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik sumberdaya aparatur maupun sumberdaya masyarakat secara luas sebagai modal dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah.
3. Memberikan pelayanan prima dalam rangka menumbuhkan iklim investasi yang sehat.
4. Penguatan struktur perekonomian daerah melalui penguatan potensi ekonomi lokal.
5. Meningkatkan pembangunan atau penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur ekonomi, perdagangan, pendidikan dan kesehatan untuk mencapai derajat manusia yang bermartabat.
6. Meningkatkan kemampuan keuangan daerah dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah melalui kebijakan yang berpihak pada masyarakat.
LAMBANG DAERAH
Bentuk dan Wujud Lambang Daerah
Berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat, Cilacap merupakan daerah pertemuan Budaya Jawa (Banyumasan) dengan Budaya Sunda (Priangan Timur).
Nusa Kambangan, sebuah pulau yang tertutup terdapat lembaga pemasyarakatan Kelas I, terdapat di kabupaten ini.
Pulau ini sering juga disebut sebagai AL Catraz-nya Indonesia.
Ada beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I yang masih aktif antara lain: LP Permisan, LP Kembang Kuning, LPBatu, dan LP Besi.
1. Zaman Kerajaan Jawa
Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta.
Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :
- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.
Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap disebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.
Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .
Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.
Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen.
Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.
2. Zaman Penjajahan Belanda
Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :
"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pe,abuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".
Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu : afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent.
Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.
Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.
Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut :
Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng.
Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat).
dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut.
Dari sana kearah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu.
dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks. Kawedanan Kroya , karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas.
Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.
Pada masa residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).
Daftar KEcamatan di CILACAP :
1. Adipala
2. Bantarsari
3. Binangun
4. Cilacap Selatan
5. Cilacap Tengah
6. Cilacap Utara
7. Cimanggu
8. Cipari
9. Dayeuhluhur
10. Gandrung Mangu
11. Jeruklegi
12. Kampung Laut
13. Karang Pucung
14. Kawunganten
15. Kedungreja
16. Kesugihan
17. Kroya
18. Majenang
19. Maos
20. Nusawungu
21. Patimuan
22. SAmpang
23. Sidareja
24. Wanareja
VISI DAN MISI
VISI
Visi Pemerintah Kabupaten Cilacap sesuai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Cilacap Tahun 2008-2012 adalah
"Terciptanya Pemerintahan yang Tangguh, Terpercaya dan Mandiri Guna Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat"
MISI
Untuk mewujudkan visi Kabupaten Cilacap ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pemerintahan daerah secara efisien dan efektif dengan mensinergikan upaya-upaya bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat (Good Governance).
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik sumberdaya aparatur maupun sumberdaya masyarakat secara luas sebagai modal dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah.
3. Memberikan pelayanan prima dalam rangka menumbuhkan iklim investasi yang sehat.
4. Penguatan struktur perekonomian daerah melalui penguatan potensi ekonomi lokal.
5. Meningkatkan pembangunan atau penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur ekonomi, perdagangan, pendidikan dan kesehatan untuk mencapai derajat manusia yang bermartabat.
6. Meningkatkan kemampuan keuangan daerah dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah melalui kebijakan yang berpihak pada masyarakat.
LAMBANG DAERAH
Bentuk dan Wujud Lambang Daerah
Bintang Segi Lima;
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah yang berkepribadian Pancasila.
Tugu Pahlawan dengan lidah api diatas gelombang Laut Selatan;
Tugu Pahlawan melambangkan perjuangan heroik masyarakat Daerah dimasa Revolusi 1945.
Lidah api menunjukkan hitungan 5, berarti perjuangan yang berdasarkan Pancasila.
Gelombang Laut Selatan dengan lekuk gelombang berjumlah 4 dihubungkan dengan lidah api (5) berarti bahwa perjuangan yang berkobar-kobar sejak Revolusi 45 berdasarkan UUD 45 dan jiwa juang 45.
Kembang Wijayakusuma;
Merupakan lambang Wahyu Negara pada saat masih berbentuk kerajaan.
Wijayakusuma menjadi nama pengenal khas dan merupakan lambang hidup daerah.
Kembang ini hanya ada dan tumbuh di Cilacap saja (bunga gaib).
Padi dan Kapas;
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.
Padi dan Kapas bermakna kegiatan masyarakat di bidang pangan dan sandang.
Jumlah butir padi 17 dan kapas 8, dihubungkan dengan Kembang Wijayakusuma yang berkelopak 4 dan berdaun bunga 5, menunjukkan betapa keramatnya Proklamasi Tujuhbelas Delapan Empatlima.
Ikan Hiu;
Ikan Hiu melambangkan Cilacap berada di daerah pantai laut selatan, penghasil ikan, dan
Warna Lambang Daerah dan maknanya
Warna Merah Hati :
keberanian, keuletan, kewaspadaan serta melambangkan perjuangan yang gagah berani
Warna Kuning Emas :
keluhuran didalam mengemban tugas
Warna Putih :
kesucian jiwa
Warna Hitam :
ketenangan dan ketabahan
Warna Hijau :
kesuburan dan kemakmuran
Warna Biru Laut / Biru Tua :
Cilacap terletak di pantai selatan, Samudera Indonesia
Seluruh warna menggambarkan kepribadian masyarakat Daerah.
MOTTO :
JALA BHUMI WIJAYAKUSUMA CAKTI
JALA : Air, Lautan
BHUMI : Tanah, Daratan
WIJAYAKUSUMA : Bunga Kejayaan
CAKTI : Ilmu Tertinggi
Artinya adalah :
"Kemampuan membudidayakan bumi, laut, air untuk kemakmuran"
Geografi
Cilacap merupakan kabupaten terluas
di Jawa Tengah. Luas wilayahnya sekitar 6,6% dari total wilayah Jawa Tengah.
Begitu luasnya sehingga kabupaten ini memiliki dua kode telepon yaitu 0282 dan
0280.
Bagian utara adalah daerah perbukitan yang merupakan lanjutan dari Rangkaian Bogor di Jawa Barat, dengan puncaknya Gunung Pojoktiga (1.347meter), sedangkan bagian selatan merupakan dataran rendah. Kawasan hutan menutupi lahan Kabupaten Cilacap bagian utara, timur, dan selatan.
Di sebelah selatan terdapat Nusa Kambangan, yang memiliki Cagar Alam Nusakambangan. Bagian barat daya terdapat sebuah inlet yang dikenal dengan Segara Anakan. Ibukota kabupaten Cilacap berada di tepi pantai Samudra Hindia, dan wilayahnya juga meliputi bagian timur Pulau Nusa Kambangan.
Kenyataan bahwa sebagian penduduk Kabupaten Cilacap bertutur dalam bahasa Sunda, terutama di kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan Jawa Barat, seperti Dayeuhluhur, Wanareja, Kedungreja, Patimuan, Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung, menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah barat daerah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (yang saat ini sering disebut sebagai kali Brebes) dan sungai Ciserayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Bagian utara adalah daerah perbukitan yang merupakan lanjutan dari Rangkaian Bogor di Jawa Barat, dengan puncaknya Gunung Pojoktiga (1.347meter), sedangkan bagian selatan merupakan dataran rendah. Kawasan hutan menutupi lahan Kabupaten Cilacap bagian utara, timur, dan selatan.
Di sebelah selatan terdapat Nusa Kambangan, yang memiliki Cagar Alam Nusakambangan. Bagian barat daya terdapat sebuah inlet yang dikenal dengan Segara Anakan. Ibukota kabupaten Cilacap berada di tepi pantai Samudra Hindia, dan wilayahnya juga meliputi bagian timur Pulau Nusa Kambangan.
Kenyataan bahwa sebagian penduduk Kabupaten Cilacap bertutur dalam bahasa Sunda, terutama di kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan Jawa Barat, seperti Dayeuhluhur, Wanareja, Kedungreja, Patimuan, Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung, menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah barat daerah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (yang saat ini sering disebut sebagai kali Brebes) dan sungai Ciserayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Langganan:
Postingan (Atom)